Ad Code

Responsive Advertisement

7 Kesalahan Investor Saham Pemula

7 Kesalahan Investor Saham Pemula

Berbicara saham berarti membahas investasi dan membahas investasi berarti sedang mempermasalahkan uang atau duit. Kesalahan pertama investor pemula adalah tidak jauh dari bagaimana cara dia mengelola uang, pengetahuan, dan mental (emosi). Jangankan tahu sahamnya mereka bahkan tidak tahu uang yang dibelikan saham itu perencanaannya seperti apa.

Kesalahan Pertama: Tidak Punya Perencanaan Keuangan yang Baik

Artinya, jika kita ingin 'main saham' atau berinvestasi di pasar saham maka kita harus punya perencanaan keuangan yang jelas. Spesifiknya, investasi pada saham akan digunakan untuk apa dan seperti apa.

Ya, perencanaan keuangan yang tidak baik atau tidak punya perencanaan keuangan yang baik adalah masalah pertama dan utama pada investor saham pemula. Idealnya harus berpikir terlebih dahulu, dalam 5 tahun ke depan apa yang akan dilakukan yang membutuhkan keuangan berapa?

Uang itu nanti didapat dari sumber mana? apakah gaji bulanan sebagai karyawan? apakah hasil bisnis/usaha sendiri? apakah dari hasil investasi saham atau malah dapat pinjam alias ngutang? Dari sini barulah belajar segala macam terkait saham.

[img src: pixabay.com]

Idealnya, uang investasi adalah uang 'dingin' atau uang lebih dalam arti bukan diambil dari pos-pos kebutuhan keuangan rutin atau dari hasil pinjaman. Ini pun menjadi salah satu indikator tidak ada perencanaan keuangan yang baik. Hal ini berlaku untuk pos-pos keuangan lain yang seharusnya sudah direncanakan sedemikian rupa.

Kesalahan Kedua: Menunda Memulai Investasi Saham

Banyak dari kita memang ditarik-tarik oleh kebutuhan keuangan rutin harian, mingguan, bahkan bulanan. Keinginan untuk memperbaiki penampilan juga membutuhkan pos keuangan lebih sehingga tak jarang uang yang seharusnya bisa diinvestasikan malah habis untuk memenuhi keinginan sendiri.

Misalnya, saya sebagai orang yang hobi fotografi tentu punya hasrat untuk memiliki satu bahkan lebih alat fotografi entah itu kamera maupun lensa. Saat memiliki uang, saya lebih mengutamakan membeli lensa dibanding saya memulai membuka rekening perdana di perusahaan sekuritas.

Investasi apa pun itu ibarat sebuah pohon. Waktu terbaik menanam pohon adalah 20 tahun lalu agar sekarang bisa diambil manfaat buah maupun kayunya. Jika mulai 'menanam' saham ditunda-tunda maka butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan profitnya bahkan tidak dapat sama sekali.

Momen sangat menentukan berapa dan bagaimana keuntungan yang akan kita dapatkan. Menunda terdengar simpel, nah dari sekarang kita harus menyiapkan dana untuk berinvestasi karena tiap tahun akan selalu ada perubahan harga yang disebabkan oleh inflasi.

Kesalahan Ketiga: Tersesat

Kadang kita tidak bisa membedakan antara saving, trading, investing, dan gambling. Investasi tujuannya adalah melindungi nilai agar tidak terkena dampak kenaikan harga karena inflasi maka ada beberapa oportunity cost yang harus ditanggung pos lain.

Yang berbahaya adalah kita tidak dapat membedakan invest dan trade. Mengapa ini penting, karena perbedaan mindset setiap orang. Basic knowledge investor pemula adalah perencanaan keuangan dan bisnis.

Ilustrasi investasi misalnya Pak Joko membuka usaha bakso di Jakarta setelah bertahun-tahun merantau akhirnya kembali ke skill yang diturunkan orang tuanya dalam membuat bakso. Setelah beberapa waktu, katakanlah 3 tahun, Pak Joko menawarkan Pak Saleh agar berinvestasi di usahanya. Maka sebagai investor, pak Saleh harus mempelajari dan mengetahui usaha Pak Joko. Apakah selama 3 tahun usaha bakso selalu mendapatkan untung? Apakah rasa bakso buatan Pak Joko enak dan maknyus? Bagaimana kata pelanggan Pak Joko? Bagaimana Pak Joko menjamin kebersihan tempat usahanya? Bagaimana Pak Joko menghadapi tiap konsumen yang datang? Harus sebegitu banyaknya yang wajib diketahui oleh Pak Saleh tentang usaha Pak Joko.

Berbeda investing dengan trading. Jika kita memilih sebagai trader, maka kita tidak perlu tahu secara mendalam kinerja perusahaan yang sahamnya kita 'mainkan'. Bahkan trader tidak peduli semua itu yang penting bisa ambil untuk dari selisih harga beli dan jual.

Kesalahan tersesat di sini maksudnya adalah investor saham pemula dengan mindset trader. Membeli saham tapi ingin mendapatkan profit dalam jangka waktu yang singkat serta tidak mau tekun 'melototin' perusahaan yang dibeli sahamnya. Kesalahan ini bisa dilihat dari seberapa seringnya 'melototin' perubahan harga saham dan mudah tergiur jual saham saat harganya naik.

Trading harus diimbangi dengan pengalaman yang banyak dan modal yang besar, jika tidak maka investor pemula hanya akan tersesat pada 'kelelahan' yang tidak terbayar dengan profit yang didapatkan.

Jika investasi dibarengi dengan pengetahuan terhadap 'ilmu' pasar saham dan pengetahuan perusahaan yang bersangkutan maka gambling tidak dibarengi perhitungan matematis itu semua. Penentuan pemilihan saham hanya karena feeling, prediksi, dan perkiraan terkait masa depan perusahaan yang kemudian kita berani menaruh saham di perusahaan tersebut.

Penyebab investor pemula tersesat niat investasi namun dengan mindset trading karena belajar dan mendapatkan informasi dari orang atau sumber yang salah.

Kesalahan Keempat: Tidak Mau Ribet (Belajar)

Semua usaha pada dasarnya ada proses yang harus dilalui untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan. Kita sering bertanya jika melihat orang berhasil tumbuh dengan cepat, "Bagaimana saya bisa berhasil dalam waktu cepat dan modal sedikit?". Seharusnya investasi ditujukan untuk mencapai kebutuhan keuangan di masa depan bukan untuk KAYA.

Tidak mau mempelajari mendalam perusahaan yang dibeli sahamnya adalah contoh tidak mau ribetnya investor. Pengetahuan basic baik istilah maupun definisi dalam hal bisnis dan pasar saham adalah modal utama dan 'keribetan' yang harus dilewati investor pemula.

Selain tujuannya ingin kaya, investor pemula selalu membandingkan dirinya bisa sesukses orang yang sudah sukses tanpa melihat usaha yang dilakukan orang tersebut. Terkadang menjadi follower buta para investor sukses tanpa pengetahuan apa pun terkait tujuan investor tersebut. Misal Warren Buffet membeli saham Gudang Garam, maka karena kita 'follow' Buffet, secara reflek langsung mengikuti jejaknya membeli saham Gudang Garam.

Kesalahan Kelima: Lupa Terhadap Risiko (Loss/Rugi)

Terjun ke dunia pasar saham idealanya sudah memahami bahwa berinvestasi saham termasuk kategori high risk high return. Reward yang akan didapatkan bisa tinggi berbanding lurus dengan risiko yang mungkin akan dialami.

Investasi saham juga bergantung pada psikologi atau karakter pada investor. Jika Anda suka tantangan maka pasar saham terbuka lebar untuk Anda. Namun jika karakternya tidak berani ambil risiko maka lebih baik pilih investasi jenis lain, misalnya reksadana.

Investor saham harus siap menerima semua kondisi yang disebut resiko. Resiko loss hingga 100% misalnya. Keberanian kehilangan uang sangat dibutuhkan pada mental seorang investor karena kembali lagi, idealnya uang yang diinvestasikan itu uang 'aman'.

Kesalahan Keenam: Menaruh Apel di Satu Keranjang

Logika sederhananya adalah jika kita menaruh uang kita pada satu perusahaan saja, maka jika perusahaan itu rugi bahkan bangkrut bukan tak mungkin kita kehilangan semuanya. Berbeda jika kita membagi 10 juta uang kita untuk membeli saham 2 perusahaan dengan jumlah yang sama. Jika perusahaan pertama merugi, maka masih ada cadangan yang bisa saja keuntungan perusahaan kedua dapat menutupi kerugian dari perusahaan pertama.

Meski bermain saham harus pada emiten yang berbeda-beda, namun harus diimbangi juga dengan seberapa besar kemampuan kita untuk memenej semua PR dalam perjalanan berinvestasi saham. Apakah kita mampu mengelola (salah satunya mengupdate) informasi visi misi dan rencana ke depan dari 20 perusahaan yang kit investasi di dalamnya?

Idealnya, investor yang berpengalaman tidak akan memilih banyak perusahaan. Paling tidak 5 perusahaan atau paling banyak 10 perusahaan yang dibeli perusahaannya untuk investasi jangka waktu yang panjang. Untuk pemula sebaiknya coba satu perusahaan saja.

Paling tidak kita juga tidak mengambil sektor yang sama. Misal kita ambil 5 sektor di mana tiap sektor 1 perusahaan yang terbaik yang kita pilih. Inilah yang disebut diversifikasi untuk meminimalisir resiko dalam bermain saham.

Banyu merekomendasikan 3 jenis saham. Pertama, dari sisi produk beli saham yang kita kenal bahkan kita konsumsi. Kedua, kita menjadi bagian dari perusahaan itu semisal jadi karyawannya. Saya bekerja di BFI, jika saya memulai investasi maka idealnya saya membeli saham BFI. Ketiga, pilih sama terkenal yang sudah familiar dan teruji kinerja perusahaannya di mata publik. Keempat, beli pada perusahaan bintang lima namun harga sahamnya harga kaki lima.

Meski begitu tidak semua rekomendasi menjamin bagus/tidaknya saham perusahaan meskipun kita kenal perusahaannya. Biasanya perusahaan yang kinerjanya bagus berbanding lurus dengan harga sahamnya yang biasanya ada pada perusahaan terkenal. Indofood, Gudang Garam, dan BCA perusahaannya terkenal, produknya sangat dikenal, kinerjanya teruji maka wajar harga sahamnya 'premium'.

Kesalahan Ketujuh: Terlalu Emosional (Baperan)

Masyarakat Indonesia dikenal dengan kelemahan malas belajar, mudah diiming-imingi, dan terlalu emosional mudah dikelabui oleh investasi bodong. Perubahan pasar saham yang dinamis juga dapat menyebabkan emosi investor menjadi tidak stabil.

Literasi terbatas terkait pasar modal bisa jadi menjadi salah satu penyebab emosionalitas investor tidak distabilisasi oleh pengetahuan yang besar. Kadang kala seseorang yang biasanya berpikir logis sekalipun bisa berubah menjadi emosional jika menghadapi kondisi tertentu hingga mempengaruhi keputusannya dalam investasi saham.

Terlalu percaya diri, keukeuh, dan keras kepala memilih 1 emiten perusahaan saja dalam berinvestasi. Meskipun jumlahnya sedikit, ada orang yang terlalu 'idealis' dan loyal pada sebuah perusahaan yang bisa jadi sudah merugi bahkan hendak bangkrut.

Sifat ini sangat tidak cocok dengan peperangan pasar saham yang membutuhkan logika plus pengetahuan yang cukup untuk menyerang dan bertahan dalam menginvestasikan uangnya. Menjadi konservatif lebih baik daripada agresif dalam memburu saham tanpa diimbangi dengan logika yang sepadan.

Saking emosionalnya pada saat membeli dan menjual, orang terkadang tidak peduli pada cost investing, yaitu beban biaya pada saat menjual dan membeli. Biasanya, untuk produk saham individual sudah termasuk pajak pada biaya (fee) penjualan dan pembelian. 


Source:

  • Banyu, Head of Market Development Indopremier Sekuritas. Dalam Youtube Channel Raditya Dhika.
  • img src: pixabay.com

Post Navi

Post a Comment

15 Comments

  1. Mantep puooll artikel nya

    Kunjungi juga ya gan
    https://sharingdulugan.blogspot.com/2021/01/aplikasi-legit-penghasil-paypal-no-depo.html?m=1

    ReplyDelete
  2. 👍👍👍


    Btw ditunggu kunjungan baliknya ya gan ke blog kami

    https://www.zaeabjal80.com/

    ReplyDelete
  3. Patut di coba saat berinvestasi.
    Di tunggu kunjungan baliknya kak

    https://nulisartikel.com

    ReplyDelete
  4. Patut di coba saat berinvestasi.
    Di tunggu kunjungan baliknya kak

    https://nulisartikel.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Done ya....keren postnya udh banyak artikel....👍👍👍

      Delete
  5. Wah keren nih, makasi sharingnya. Jadi inget rumus Y = C + S + I

    Best Regards
    www.klipingqu.com


    ReplyDelete
  6. Bermanfaat artikelnya gan 👍

    Di tunggu kunjungan baliknya gan

    https://teknoinfo09.blogspot.com/2020/12/kode-dial-kuota-indosat-ooredoo-paling_23.html

    ReplyDelete
  7. Bermanfaat artikelnya gan 👍

    Di tunggu kunjungan baliknya gan

    https://teknoinfo09.blogspot.com/2020/12/kode-dial-kuota-indosat-ooredoo-paling_23.html

    ReplyDelete
  8. Bermanfaat artikelnya gan 👍

    Di tunggu kunjungan baliknya gan

    https://teknoinfo09.blogspot.com/2020/12/kode-dial-kuota-indosat-ooredoo-paling_23.html

    ReplyDelete
  9. Terima.kasih, siap meluncur....

    ReplyDelete
  10. Nggak.ada kolom komentar di blognya....

    ReplyDelete